Jumat, 28 September 2012

Cerpenku Yang Kurang Bagus


                        
 Posting kali ini. Aku bakal ngepost cerpen karyaku. Ini tugas bahasa Indonesia. Berhubung guru bahasa Indonesia saat tanggal 11 September ngajak kita sekelas ( 9A ) buat ke Lawang Sewu. Entah buat rangka apa ? Katanya pembelajaran di luar sekolah. Lumayan kan gratis.


Maka dari itu Guru bahasa Indonesia ku nyuruh bikin cerpen yang latar tempatnya itu Lawang Sewu.

Pertama-tama ini foto kita cewek-cewek kece 9A waktu di gedung Lawang Sewu.



*aku yang pake pakaian hello kitty itu* 
Berikut Cerpen karyaku. Ma'af kurang bagus, abis gak ahli buat ngarang-ngarang gitu. 


"Pertemuan Terakhir"

Sinar matahari pagi menyilaukan mata Stella yang masih malas untuk terbuka.



"Ayo kak, bangun!" terdengar suara yang tak asing bagi Stella.

"Dhika" ucap Stella lirih. Dengan setengah hati, Gadis 19 tahun itu terbangun untuk mengumpulkan sisa-sisa nyawa yang masih berada dalam dunia mimpi.

 Minggu pagi, rasanya ingin sekali Stella isi dengan cuma berbaring diatas kasur. Tapi keinginan itu diurungkannya karena harus menepati janji kepada adiknya Dhika untuk lari keliling komplek pagi ini. Dhika, anak kecil berumur 6 tahun itu akan marah jika janji padanya tidak ditepati.
Tak sengaja Stella melihat tanggal di kalender. Ah, tanggal 14 September, tepat 3 tahun lalu ia meninggalkan kota tempat kelahirannya Semarang dan harus pindah ke Jogja, kota yang cukup dekat dengan kota kelahirannya itu. Entah perasaan dari mana? Stella merasa rindu dengan kota itu. Kota yang penuh kenangan bersama teman-teman lama yang sekarang ini sudah lama tanpa kabar.

Lamunan Stella buyar. Ketika mendengar suara yang berasal dari ponsel yang saat itu tak jauh dari tempat ia berdiri. Segera Stella mengambilnya dan memeriksa siapakah yang mengirim pesan padannya.

"Hai La, ini Eno"

Wow Eno, sahabat cowok Stella yang telah lama tanpa kabar, tepatnya 3 tahun tanpa kabar. Tanpa pikir panjang Stella pun membalas pesan itu.

"Hai juga No, Ada apa?"

Tak lama setelah pesan itu terkirim. Masukkah satu pesan dari Eno.

"Cuma mau tanya, kamu mau ke Semarang ya?"

Selang beberapa detik setelah pesan itu masuk. Terdengar suara teriakan Dhika.

"Kak, besok kita ke Semarang. Ada acara di rumah tante Vania"

"Iya Dhik" Teriak Stella.

Pikirnya dalam batin "koq bisa kebetulan gini ya."

Tanpa pikir panjang Stella pun membalas pesan itu.

"Iya besok aku ke Semarang"

Stella dan Eno pun saling berbalas pesan. Dan akhirnya Eno mengajak bertemu dengan Stella di Lawang Sewu pada hari Selasa tepat jam 3 sore. Stella cuma mengiyakan ajakan itu.

***
Esoknya, Stella sekeluarga berangkat menuju Semarang. Perjalanan cukup memakan waktu, sekitar 4 jam lebih untuk sampai di Semarang dengan mengendarai mobil. Didalam perjalanan, lamunan mengenai teman-teman lama Stella mulai bermunculan. Dalam benak Stella mulai bermunculan berbagai pertanyaaan tentang teman-teman lamanya itu.


Bagaimana wajah mereka sekarang? 

Apa mereka masih ingat padaku?

Lamunan itu sedikit membuat perjalanan terasa lebih cepat. Tak terasa Stella telah sampai di rumah tantenya Vania. Ia pun membawa barang-barang bawaannya ke kamar yang telah di siapkan oleh tante Vania. Selesai menyelesaikan pekerjaan yang cukup menguras tenaganya itu. Stella pun merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"Huft, capek sekali" eluhnya.

Badan Stella terasa lelah setelah menempuh perjalanan tadi. Tak disangka ponsel berbunyi yang menandakan adanya pesan masuk.

"La, besok jadikan?" Ternyata pesan dari Eno.

"Jadi koq" balas Stella.

Sesudah membalas pesan itu. Stella pun mulai mengistirahatkan tubuhnya yang lelah itu.

***

               Selasa, tepat pukul setengah 3. Stella telah mempersiapkan diri untuk pertemuan nanti. Ia mengenakan pakaian sederhana, kaos putih dan celana jeans hitam.

"Sip, sudah" ucapnya sambil menatap cermin dihadapannya saat itu.

Pergilah Stella ke garansi untuk mengambil motor yang akan ia kendarai menuju Lawang Sewu.

"Tante, aku pergi ya?" teriak Stella sambil melajukan motor itu melewati gerbang rumah.

             20 menit berlalu, sampailah Stella di depan gerbang Lawang Sewu. Entah kenapa? Eno mengajak bertemu di tempat tua seperti ini. Beberapa detik kemudian masuklah satu pesan dari Eno di ponsel Stella, yang memberi tahu Stella kalo dia telah berada di dalam gedung Lawang Sewu.

Stella pun menelusuri koridor di gedung itu. Sunyi! Yang ia rasakan saat berjalan di koridor itu.
Tak lama kemudian, tampak dari kejauhan Stella melihat sesosok yang sangat ia kenal. Iya Eno. Tanpa pikir panjang Stella menghampirinya yang saat itu menghadap membelakangi Stella.

"Hai No, udah lama?" sapa Stella yang saat itu sudah berada tepat di belakang Eno.

Eno pun membalikkan badannya.

Yah, Eno tak jauh berbeda dengan dirinya 3 tahun lalu. Hanya saja wajahnya tampak sedikit pucat. Kemungkinan dia sedang sakit, pikir Stella dalam hati.

"Hai La, kalau ngomongin aku jangan dalam hati dong" Ucap Eno yang membuat Stella terkaget. Sial, bagaimana dia tahu.

"Ini buatmu" ucap Eno, sambil mengulurkan tangannya, terlihat sebuah boneka kelinci di tangannya saat itu.
Masih ingat saja Eno apa yang disukai oleh Stella. Stella pun menerimanya sambil berkata "terima kasih"

"hmm jadi?" lanjut Stella

"Jalan-jalan yuk disekitar sini?" ajak Eno.

"Yuk" Jawab Stella menyetujui.

Di dalam perjalanan mengelilingi gedung Lawang Sewu ini. Terkadang Stella melihat raut wajah Eno yang tersenyum. Senyuman itu bukan tertuju padanya, melainkan tertuju pada sesuatu yang entah tak terlihat wujudnya. Stella saat itu hanya diam, tak berani ia menanyakan semua itu kepada Eno.

             Pukul 5 sore. Saatnya Stella harus meninggalkan tempat itu.

"No, aku harus pulang sekarang, soalnya Rani tadi menyuruhku datang ke rumahnya untuk menginap" ucap stella memberi tahu Eno.

"Iya, kamu pulang dulu aja deh. Aku masih mau disini" jawab Eno

"Ya udah, aku pulang dulu ya No"

Stella mengulurkan tangannya memberi salaman. Tapi kenapa saat salaman, tangan Eno terasa dingin? Dia sakit apa? pertanyaan yang saat itu menghantui pikiran Stella.
                                                                           ***

Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Rani. Sesampai di rumahnya, Rani menyambut Stella dengan gembira dan segera menarik Stella ke kamarnya. Rindu rasanya Stella dengan kamar ini. Kamar yang dulu jadi tempat mereka berkumpul untuk bercanda maupun bermalas-malasan.

Setelah Rani membawa Stella ke kamarnya. Rani menanyakan berbagai macam hal tentang tempat tinggal baru sahabat lamanya itu.

"Tadi aku ketemuan sama Eno loh" ucap Stella tiba-tiba di tengah pembicaraannya dengan Rani. Entah karena apa? Rani tampak kaget mendengar ucapan itu.

"Serius La?" tanya Rani dengan raut wajah memucat.

"Iya, di Lawang Sewu" jawab Stella santai.

"La, kamu tahu gak Eno sekarang ini ada dimana?" tanya Rani tampak serius

"Kemungkinan masih di Lawang Sewu ataupun sudah di rumahnya"

"Rumah masa depannya" Ucap Rani singkat

"Maksudnya?" tanya Stella kaget.

"Jangan sedih ya La, Eno sudah meninggal 3 tahun lalu. Tepat tanggal 14 September. Saat itu aku tidak memberitahumu, karena aku nggak ingin kamu sedih"

"Kamu nggak bercanda kan, Ran?" tanya Stella tak percaya.

"Dia udah meninggal La, waktu ngejar kamu pakai motornya yang saat itu kamu pergi menuju Jogja. Saat itu juga dia mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Dia ingin mengucapkan salam perpisahan padamu. Na'asnya dia kecelakaan tepat di depan gedung Lawang Sewu. Kamu sih gak mau nunggu Eno, kamu malah langsung pergi gitu aja" Ucap Rani menjelaskan.

Setelah mendengarkan penjelasan Rani, tenggorokan Stella tiba-tiba kering. Menelan ludah pun tak bisa. Saat itu hanya penyesalan yang ada di hatinya.

            Andai waktu bisa berulang, mungkin ia dapat mencegah semua kejadian yang menimpa Eno. Tapi apa daya? Stella hanya manusia biasa. Ini jalan yang telah ditakdirkan oleh Tuhan. Stella hanya bisa berdo'a, supaya Eno ditempatkan di tempat yang terbaik di alam sana.




TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak dengan tertib dan teratur